Rabu, 31 Agustus 2016

Spesifikasi dan Review Sony Alpha A7 Mark II

 
Sony Indonesia baru saja meluncurkan beberapa kamera full-frame mirrorless mereka dengan nama A7 yaitu Alpha A7 Mark II. Produk ini sendiri adalah hasil pengembangan dari beberapa produk mereka sebelumnya yang juga sukses di pasaran seperti Alpha 7, 7R, dan 7S.

Kamera Alpha A7 Mark II ini hadir dengan fitur 5-Axis Sensor-Shift Image Stabilizer System.
Kamera ini juga diklaim langsung mampu meredam getaran yang terjadi ketika pengambilan gambar. Sementara untuk spesifikasi dari sensornya masih menggunakan sensor generasi pertama, full-frame 35mm 24 megapiksel.

Kesan pertama saya terhadap Sony A7 mk II cukup positif, dari perubahan grip yang lebih besar sehingga lebih nyaman saat memotret. Selain itu, adanya in-body stabilization membuat saya lebih pede saat perlu foto dengan shutter speed lambat di kondisi low-light.

Grip A7 mk II yang baru dan tombol shutter yang maju ke depan membuat genggaman jadi lebih mantap. Fisik kamera juga lebih kokoh dan doff karena dari magnesium alloy.
Tekstur body kamera sedikit lebih kasar dan doff daripada A7.

Untuk sistem sistem Hybrid AF yang terdiri dari 117 titik Focal Plane Phase Detection AF System dan 25 titik Contrast Detection AF System hadir dengan cukup baik dan bekerja dengan sempurna. Sony Alpha A7 Mark II ini juga memiliki akurasi dan kecepata autofokus sebesar 30 persen serta AF Tracking 1,5 kali lebih cepat dan lebih akurat dari generasi sebelumnya.

Kamera ini juga mampu melakukan perekaman video dengan format video XAVC-S dengan kualitas full HD 1080 piksel pada bit rate 50 Mbps. Alpha A7 Mark II juga memberikan sebuah saklar putar pada sektor depan. Tentu saja kehadiran saklar ini membuat navigasi dari Alpha A7 Mark II ini mirip dengan Sony Alpha NEX-7. Grip yang dihadirkan kamera ini juga lebih besar dan lebih nyaman ketika dipegang



Beberapa informasi Sony Alpha A7 Mark II :
  • In body stabilization 5 Axis adalah headline untuk A7 mk II. Mekanisme ini efektif bekerja untuk semua lensa Sony FE, tapi hanya 3 axis untuk lensa-lensa lainnya.
  • Image stabilization tidak sama dengan mekanisme Steadyshot di Sony SLT, dan tidak ada kolaborasi dengan insinyur merk kamera lain. Mekanisme ini dikembangkan sendiri oleh insinyur Sony dari divisi kamera dan Sony handycam dari nol.
  • Mekanisme stabilization sangat mulus dan tidak bersuara
  • Image stabilization tidak berefek banyak ke konsumsi tenaga/baterai (low power consumption)
  • Kinerja autofokus untuk mengikuti subjek bergerak lebih baik, dan juga saat motret di low light dibandingkan A7 dan A7R, (tapi Sony A7s masih lebih baik kinerja AFnya di low light)
  • A7 mk II mendapatkan fitur setting video seperti A7s (picture profile, S-log Gamma2, format XAVC-S, dll).
  • Kualitas gambar tidak terlalu disinggung tapi termasuk salah satu poin peningkatan.
  • Beberapa lensa yang akan diluncurkan, yaitu Sony 24-240mm f/3.5-6.3 OSS. Sony Zeiss 35mm f/1.4, dan Sony 28mm f/2 dengan converter wide angle dan converter fisheye.
  • Lensa 35mm f/1.4 akan punya aperture ring seperti lensa jaman dulu
  • lensa 28mm f/2 performanya bagus meskipun tidak berlabel Zeiss. Ukurannya relatif compact (hanya sedikit lebih besar dari FE 35mm f/2.8) tapi bukaannya cukup besar.
  • Lensa Zeiss Loxia juga dipajang, ukurannya cukup compact tapi cukup padat dan berat (bahan logam).

Menurut saya, Sony A7 mk II ini hampir sempurna sebagai kamera serba guna, yang mampu membuat kualitas gambar dan video berkualitas, dengan fisik yang relatif compact. Yang paling senang dengan kehadiran kamera ini mungkin adalah fotografer travel yang sering motret di kondisi low light seperti malam hari, atau di dalam ruangan, tanpa tripod dan flash.